Unexpected Destiny (Confidence/신뢰) Part 3

UnED_3

Disclaimer : Semua tokoh disini (kecuali OC) merupakan milik Tuhan, keluarga & diri mereka sendiri.

 

Author POV

 

Halaman belakang kediaman Jung Herry masih terlihat ramai walau pun malam sudah semakin larut. Para tamu undangan masih menikmati jamuan dan hiburan yang disediakan oleh tuan rumah. Sebagian dari mereka memang sudah pulang ke rumah masing-masing, tapi yang tersisa masih cukup banyak. Berbeda dengan para tamu yang berbahagia menikmati pesta, keluarga Jung dan keluarga Kim yang seharusnya sekarang ikut berbahagia terlihat gelisah dan khawatir. Beruntung Tuan Herry sudah berpesan kepada semua pelayan dan pengawal untuk tetap melayani para tamu dengan baik. Jadi wajar saja jika mereka tidak menyadari kekacauan yang sedang terjadi di bagian lain rumah tersebut.

 

Eotteohke? Apa dia sudah ditemukan? Kemana perginya anak itu?” terdengar gerutuan cemas dari seorang namja paruh baya yang sedang memeluk istrinya yang menangis.

 

Beliau adalah Hyunsik, Appa Hyesun. Semenjak dia tahu bahwa Hyesun kabur dia tidak berhenti mengomel dan menggerutu menyalahkan semua orang. Sementara itu di sudut ruangan yang sama terlihat seorang namja yang masih sedikit syok atas informasi yang diterimanya beberapa menit lalu. Ya, Ryeowook masih tidak percaya jika calon tunangannya adalah yeoja aneh yang selama ini selalu mengganggu pikirannya. Dan yang lebih membuatnya syok adalah Hyesun, yeoja aneh itu, kabur bahkan sebelum bertemu dengannya. Padahal selama ini para yeoja lah yang gencar mendekatinya. Tiba-tiba Jae In datang sambil terengah-engah karena berlari.

 

“Hhhhh… Ponselnya masih hhhh… tidak aktif hhhh…. Tapi aku mendapat kabar hhhh… dari rumah Haraboji bahwa Hyesun memang hhhh… tadi sempat pulang kesana… hhhh…” lapor Jae In masih dengan nafas yang memburu.

 

“Apa maksudmu dengan sempat pulang kesana?” tanya Min So yang masih mencemaskan keadaan putri sulungnya.

 

“Minum dulu, chagi,” Raera memberi Jae In segelas air yang langsung ditandaskan Jae In dalam satu tegukkan.

 

“Ia, dia sempat pulang untuk berkemas kemudian pergi lagi dengan alasan ingin menginap di rumah teman. Ya setidaknya itu informasi yang kudapat dari  kepala pelayan Lee,” jelas Jae In saat dia sudah dapat mengendalikan dirinya.

 

“Kalau begitu lekas kau hubungi semua teman-teman Hyesun disini yang kau tahu!” titah Hyunsik pada Jae In.

 

Jae In mengangguk dan segera keluar dari ruangan itu dengan tergesa. Ryeowook segera mengikutinya ke luar. Namja itu merasa jika Jae In menyembunyikan sesuatu darinya dan semua orang yang ada di dalam ruangan yang baru saja ditinggalkannya. Dia heran saat melihat Jae In justru duduk melamun di pinggir kolam ikan yang terdapat disamping rumah besar ini. Perlahan dia duduk di sebelah Jae In, membuat yeoja cantik itu terperanjat kaget.

 

“O-oppa, a-pa yang kau la-kukan disini?” wajahnya pias seketika menyadari siapa yang duduk di sampingnya kini.

 

“Jae In-ssi bisa kita bicara sebentar?”

 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

Lapangan basket itu terlihat tidak terawat, dua tiang rapuh yang dulu merupakan ring basket sudah tinggal setengahnya. Ilalang dan rumput liar tumbuh subur di sekitar lapangan  mencerminkan sudah sangat lama lapangan itu tidak terpakai. Hyesun, duduk termenung disebuah batu besar di pinggir lapangan. Lapangan ini dulu adalah tempat yang sering sekali dikunjungi Hyesun saat dia masih tinggal di Busan. Tempat dia dan teman-temannya berlatih basket dan berkumpul dalam acara apapun. Tempat ini juga merupakan saksi bisu atas cerita cinta pertamanya.

 

Terlukis senyum getir di wajah manis Hyesun saat mengenang masa-masa itu. Masa dimana dia merasa sangat bahagia, tak ada aturan dan paksaan yang mengekangnya. Entah sudah berapa lama dia duduk di batu itu. Tapi saat dia melihat jam di tangan mungilnya dia kaget karna hari telah berganti. Jam itu menunjukkan pukul 00.34 dini hari yang berarti dia sudah cukup lama berada di lapangan itu. Pantas udara di sekitarnya terasa dingin menembus kulit walau dia sudah memakai baju yang tebal.

 

Tanpa disadari oleh yeoja manis itu, ada seorang namja yang memperhatikannya sejak tadi dari mobil sport hitamnya. Namja itu terus memperhatikan Hyesun dari kejauhan seakan menunggu waktu yang tepat untuk mendekati yeoja itu. Tenang saja, dia tidak mempunyai niat jahat terhadap Hyesun, karna dia dan Hyesun telah lama saling mengenal. Dia hanya tidak berani mendekati Hyesun karna kisah masa lalu mereka yang sedikit menyedihkan. Saat Hyesun beranjak dari tempatnya duduk semula, namja itu memutuskan untuk keluar dari mobilnya. Dengan perlahan berjalan ke arah yeoja manis yang sedang berjalan ke arahnya sambil tertunduk lesu.

 

“Hyesun-ah? Kau Jung Hyesun kan??” tanyanya sedikit ragu saat jarak antara dia dengan yeoja itu sudah dekat. Hyesun tersentak kaget saat mengangkat kepala dan menemukan wajah seseorang yang dulu pernah menempati ruang istimewa di hatinya.

 

Ok Taecyeon. Dia adalah sunbae yang merangkap sebagai ketua tim basket sekaligus cinta pertama Hyesun di junior high school dulu. Hyesun tahu jika dia pergi ke tempat kenangan ini, cepat atau lambat mereka akan bertemu. Tapi dia tidak siap jika harus bertemu namja itu sekarang.

 

“N-neo. A-apa yang k-kau lakukan disini?” dengan terbata Hyesun bertanya pada namja yang sekarang berada di depannya dan menatapnya dengan lembut.

 

“Hyesun-ah, bogosipeo,” ujar namja bernama Taecyeon itu sambil memeluk Hyesun. Reflek Hyesun mendorong tubuh namja tinggi itu hingga terdorong ke belakang melepas pelukkannya.

 

Mianhae, tapi aku harus segera pergi,” ucap Hyesun sambil berlalu meninggalkan Taecyeon yang masih syok atas balasan Hyesun. Tapi baru selangkah dari tempatnya semula, ada sesuatu yang menahannya. Tanpa menoleh pun dia tahu bahwa Taecyeon mencoba untuk menahannya.

 

Author POV end

 

Hyesun POV

 

Huft, seharusnya tadi aku memang tidak boleh kesini. Bagaimana pun juga tempat ini memiliki banyak kenangan antara aku dan Taecyeon Oppa. Tapi dengan bodohnya aku membiarkan langkah kakiku membawaku kemari. Tuhan, cobaan seperti apa yang sedang kau berikan kepadaku? Baiklah, aku akan menyelesaikan masalahku dengan namja ini secepatnya dan segera pergi dari tempat ini.

 

“Apa yang kau inginkan? Lebih baik cepat kau katakan karna aku tidak mempunyai banyak waktu,” aku bertanya dengan ketus dan dingin. Tak lupa kupasang muka datar saat aku berbalik menghadap ke arahnya. Ku lihat dia sedikit gelagapan sebelum akhirnya melepas cengkraman tangannya di lenganku.

 

Aniya, aku hanya tidak percaya jika aku bisa melihatmu lagi disini Hyesun-ah. Aku sudah lama mencarimu hanya untuk minta maaf atas perbuatanku dulu yang membuat hatimu sakit. Tapi aku tidak bisa menemuimu. Kau bahkan juga pindah sekolah tanpa berpamitan pada teman-temanmu. Aku baru tahu jika kau menyusul orangtuamu ke Seoul saat aku mencoba mencarimu ke rumah Harabojimu itu. Aku menyesal Hyesun, menyadari jika aku benar-benar mencintaimu saat kau sudah tidak di sisiku lagi. Jebal, mianhaeyo, jeongmal mianhae,” jelas Taecyeon Oppa dengan wajah memelas. Apa dia benar-benar menyesali perbuatannya dulu padaku?

 

“Aku sudah memaafkanmu dari dulu Oppa. Jika hanya itu yang ingin kau bicarakan, berarti masalah kita sudah beres. Sekarang aku mohon biarkan aku pergi,” hanya itu yang bisa aku katakan padanya. Setelah itu aku pun beranjak pergi meninggalkannya.

 

Chamkkanman, benarkah kau sudah memaafkanku? Jeongmal? Aku senang kau masih mau memanggilku Oppa,” dia mengembangkan senyumannya yang selalu bisa membuatku terpana. Aku merutuki kebodohanku yang kelepasan memanggilnya ‘Oppa’. Kembali aku bergegas meninggalkannya, tapi dia menarik tanganku lagi saat aku akan beranjak meninggalkannya.

 

Ne, apa perkataanku kurang jelas?” kembali kupasang wajah datar dan berkata dengan dingin.

 

“Aku hanya ingin meyakinkan diriku saja. Tapi kau mau kemana Hyesun tengah malam begini? Ah, ani, ini sudah hampir pagi malah. Dan kenapa kau membawa membawa ransel sebesar itu, eoh?”

 

Baboya, apa yang harus aku katakan padanya? Aku tidak mungkin bilang jika aku kabur dari rumah karna akan dijodohkan dengan orang yang tidak aku kenal. Tapi jika aku tidak memberitahunya dia tidak akan membiarkanku pergi mengingat sifatnya dulu yang sangat ingin tahu akan segala hal. Eotteohke??

 

Hyesun POV End

 

Author POV

 

Hyesun menatap wajah namja tinggi yang masih menunggu jawabannya. Tiba-tiba terlintas suatu ide dikepalanya untuk manfaatkan namja itu? ‘Tak apa kan, hitung-hitung membalas perbuatannya dulu padaku’ bhatin Hyesun.

 

Flashback

 

Mian chagiya, aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku tahu seharusnya aku memberitahumu saat kau menyatakan suka padaku. Tapi saat itu aku sudah lama tidak mendapat kabar darinya dan aku juga mulai tertarik denganmu saat pertama kali kau masuk ke club ini,” ujar seorang namja mencoba menjelaskan dan menenangkan seorang yeoja yang menangis sesegukkan di pinggir lapangan basket dekat sekolah mereka.

 

“Se-seharusnya kau jujur padaku hiks.. dari awal jika kau tidak bisa bersamaku. Hiks.. kau membuatku terlihat seperti yeoja jahat yang merebut tunangan orang, Oppa,” gumam yeoja itu terbata karna menahan tangisnya.

 

Uljima. Jeongmal saranghae Hyesun-ah. Aku benar-benar mencintaimu. Jika kau mau aku akan membatalkan pertunangan ini. Toh, aku sudah tidak ada rasa padanya,” namja tinggi itu mencoba meyakinkan yeoja yang dipanggilnya Hyesun itu.

 

Andwae, Oppa, kau hanya akan membuatku terlihat lebih jahat lagi. Sebaiknya kita akhiri saja semua ini. Anggap kita tidak pernah memulai semua ini. Terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayang yang pernah kau berikan padamu. Selamat tinggal Taecyeon-ssi,” Hyesun kemudian berlari sebelum Taecyeon, namja tinggi itu, berhasil mencegahnya.

 

Taecyeon pun hanya bisa menatap kepergian Hyesun dengan nanar. Dan setelah itu pun Hyesun tidak pernah datang lagi ke sekolah hingga dia memutuskan untuk mencari Hyesun ke rumah Haraboji-nya. Hatinya semakin hancur saat dia tahu Hyesun sudah pergi ke Seoul menyusul orangtuanya yang sudah lebih dulu pindah kesana.

 

Flashback End

 

“Yak! Kenapa kau malah melamun?” Taecyeon melambaikan tangannya di hadapan Hyesun. Mencoba menarik perhatian yeoja itu kembali padanya.

 

“Ehm, Oppa. Bolehkah aku meminta bantuanmu? Kau benar ini memang hampir pagi dan aku tidak tahu harus kemana lagi,” Hyesun menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan. “Sebenarnya aku ingin pulang ke Seoul, tapi aku ketinggalan kereta terakhir. Aku tidak mungkin pulang ke rumah Haraboji jam segini dan mengusik jam istirahat mereka. Jadi, bolehkah aku.. ehm.. menumpang di tempatmu hingga pagi?” tanya Hyesun agak ragu.

 

Taecyeon sedikit tersentak dengan permintaan Hyesun. Yeoja ini dari dulu memang tidak berubah. Mood-nya cepat sekali berubah sewaktu-waktu. Bukankah beberapa menit lalu dia tidak sabar untuk pergi dari hadapannya? Tapi sekarang lihatlah! Bahkan dia sudah mengeluarkan puppy eyes andalannya.

 

Oppa, eotteohke? Kalau tidak boleh bilang saja. Aku bisa menunggu di stasiun jika kau keberatan,” setelah itu Hyesun beranjak pergi tapi baru selangkah dia berhenti karna tangannya ditarik oleh seseorang. Sekilas dia tersenyum penuh kemenangan kemudian memasang wajah datarnya sebelum berbalik menghadap namja yang menariknya.

 

“Kau ikut denganku saja. Jadi kau tidak perlu menunggu di stasiun,” Taecyeon memandang Hyesun dengan senyum lembutnya.

 

Setelah mereka berdua masuk ke mobil Taecyeon, namja tampan itu segera melajukan mobilnya membelah keheningan malam kota Busan menuju tempat tinggalnya di pusat kota Busan.

 

@Busan Apartment

 

“Kau bisa tidur dikamarku. Aku bisa tidur di sofa untuk malam ini. Kau tidak usah khawatir karna aku tidak akan berbuat macam-macam padamu. Cha, jaljja Hyesun, saranghae,” Taecyeon mengecup sekilas kening Hyesun saat mengantar yeoja itu ke kamarnya. Hyesun yang masih mencerna ucapan Taecyeon menegang seketika saat bibir lembut Taecyeon menyentuh keningnya. Dia hanya bisa mengangguk dan menatap Taecyeon yang sudah beranjak keluar kamar dan menutup pintu kamar perlahan.

 

Dengan sekali gerakan cepat dia mengunci pintu itu dan segera merebahkan diri dikasur namja yang dulu pernah singgah dihatinya. Mencium dalam aroma namja yang sebenarnya sangat dirindukannya itu. Kemudian terisak pelan meratapi semua kejadian yang menimpanya beberapa jam yang lalu hingga dia jatuh tertidur karna kelelahan.

 

#Esok harinya, 09.00 KST

 

Hyesun menatap langit-langit kamar yang dia sadari bukan kamarnya sendiri. Beberapa jam yang lalu saat dia terbangun karna tidurnya yang tidak nyenyak, dia bingung akan keberadaannya. Tak lama setelah dia berhasil mengumpulkan kesadarannya, dia ingat dimana dia berada sekarang. Tapi karna dia ragu dan masih sangat lelah untuk sekedar keluar dari kamar itu, dia hanya membaringkan tubuhnya di kasur single itu. Saat hidungnya mencium aroma yang membuat perutnya berbunyi nyaring, barulah yeoja itu memaksakan kakinya untuk melangkah keluar kamar.

 

Ceklekk

 

Dia membuka kunci pintu kamar dan mndorong pintu itu pelan hingga terbuka sedikit, tapi masih cukup untuk dilaluinya. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan yang diyakininya sebagai ruang tamu sekaligus ruang bersantai itu. Dia menoleh ke sebelah kanan saat di dengarnya suara seseorang yang memanggil namanya.

 

“Hyesun-ah, kau sudah bangun? Kajja kemarilah. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita berdua,” ujar seorang namja yang sibuk menata masakannya di atas meja. Hyesun menurut dan mendekatinya dengan mata yang dipicingkan.

 

“Kau tidak perlu melakukan semua ini, Oppa,” ujar Hyesun lirih yang hanya ditanggapi dengan senyuman dari namja tampan itu.

 

Oppa, kenapa kau tidak membangunkanku? Aku sudah ketinggalan kereta pertama sekarang,” Hyesun mempoutkan bibirnya kesal.

 

“Memang itu niatku,” gumam Taecyeon.

 

“Hmm, apa yang kau bilang, Oppa?”

 

Ani, cha, cepatlah makan sebelum makanan ini dingin!”

 

“Kau belum menjawab pertanyaanku, Oppa,” Hyesun merengek meminta penjelasan pada Taecyeon.

 

Taecyeon tersenyum mengetahui jika Hyesun sudah tidak marah padanya dan malah merengek manja padanya seperti dulu. “Aku tidak tega untuk membangunkanmu. Lagi pula kau mengunci pintunya. Apa kau takut aku tiba-tiba menyerangmu, eoh?” goda Taecyeon membuat wajah Hyesun bersemu merah. Hal itu membuat Taecyeon tertawa pelan.

 

“Yak, berhenti menertawaiku, Oppa!” Hyesun mengerucutkan bibirnya imut melihat Taecyeon yang masih menertawainya.

 

“Kkkkk, mianhaeyo.. kkkk.. mianhae Hyesun-ah, kkkk,” Taecyeon berusaha mengendalikan tawanya saat melihat Hyesun menatapnya tajam.

 

Cha, lanjutkan sarapanmu ne. Setelah itu aku akan mengantarmu ke stasiun.” Melihat Hyesun yang tak kunjung menyentuh makanannya dan masih menatapnya tajam sambil mengerucutkan bibirnya, tawa Taecyeon langsung berhenti dan berganti dengan nada membujuk.

 

Oppa tak perlu melakukannya. Aku bisa pergi sendiri.”

 

Ani, aku akan tetap mengantarmu hingga kau naik ke atas kereta.”

 

Gwaenchanha Oppa. Aku tidak ingin merepotkanmu lagi.”

 

“Tap….”

 

“Aku akan marah padamu jika kau terus memaksa mengantarku! Aku bukan anak kecil lagi Oppa. Jika kau masih ingin berteman denganku, kumohon biarkan aku pergi sendiri.”

 

Degg..

 

Hati Taecyeon terasa sakit mengetahui Hyesun kini hanya menganggapnya sebagai teman. Dia hanya menganggukkan kepalanya menjawab ancaman Hyesun. Taecyeon masih seperti dulu, tidak bisa menolak kemauan Hyesun jika yeoja itu sudah mengacamnya seperti ini. Untuk mencairkan suasana dia tersenyum hangat pada yeoja manis di depannya dan berkata, “Geurae.”

 

Author POV End

 

Hyesun POV

 

Huft, kenapa tadi aku menolak tawaran Taecyeon Oppa? Sekarang terlambat untuk menyesali semuanya. Perasaanku tiba-tiba tidak enak sejak melangkah keluar dari rumahnya. Seperti ada yang mengikutiku, tapi setiap aku menengok ke belakang tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Karna jarak dari apartemen Taecyeon Oppa ke stasiun tidak terlalu jauh, aku memang memutuskan berjalan kaki saja untuk menghemat pengeluaran. Dengan perasaan was-was akupun mempercepat langkahku saat melihat pintu masuk stasiun sudah di depan mata.

 

Stasiun terlihat cukup lenggang. Mungkin karna masih suasana liburan. Aku bergegas ke loket membeli tiket yang menuju Seoul. Aku beruntung karna tidak lama aku menunggu di peron, kereta tujuan Seoul tiba. Perasaan was-was itu mulai berkurang saat aku sudah naik ke dalam kereta. Setelah menemukan kursiku, aku langsung mencari posisi duduk yang enak. Kemudian aku mengeluarkan novel yang sengaja aku pinjam sebelum pulang ke Busan dan memasang headset sambil menunggu kereta ini berangkat setengah jam lagi.

 

Hyesun POV End

 

Author POV

 

Setelah beberapa saat membaca dengan headset yang terpasang manis ditelinganya, Hyesun mulai mengantuk. Rasa lelah yang dirasanya serta lagu-lagu melow yang membuai telinganya membuatnya semakin tak kuasa menahan keinginan untuk tidur. Mengalah dengan perasaan lelahnya, Hyesun memejamkan mata tapi masih berusaha terjaga, paling tidak hingga kereta yang dinaikinya mulai berjalan. Begitulah pikirnya.

 

Terlalu asyik dengan kegiatan barunya atau karna dia mulai memasuki alam mimpinya, Hyesun sampai tidak menyadari jika disebelahnya sudah ada seorang namja yang sedang memperhatikannya. Namja berperawakkan mungil yang sengaja naik ke atas kereta beberapa detik sebelum kereta jalan dan mendudukkan dirinya di samping Hyesun dengan sangat hati-hati. Berusaha agar Hyesun tidak terganggu apalagi terbangun karna ulahnya.

 

Lama namja itu memperhatikan Hyesun hingga dia melihat Hyesun bergerak gelisah akibat posisi tidurnya yang tidak nyaman. Akhirnya dia menarik kepala Hyesun yang bersandar di jendela agar bersandar di bahunya. Dia tersenyum senang saat Hyesun tanpa sadar mendekatkan tubuhnya ke arah namja itu untuk menyamankan posisinya. Diusapnya kepala Hyesun lembut agar yeoja itu lebih lelap lagi dalam tidurnya.

 

“Tidurlah yang nyenyak, Chagi. Aku akan menjagamu mulai saat ini,” ujar namja itu kemudian mencium pucuk kepala Hyesun lembut sebelum dia ikut memejamkan mata dan terlelap.

 

Author POV End

 

Ryeowook POV

 

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku sesaat untuk menyesuaikan diri dengan cahaya yang perlahan masuk ke dalam retina mataku. Bahu sebelah kiriku terasa berat dan pegal. Kuputar kepalaku ke arah kiri dan sedikit terkejut melihat seorang yeoja tertidur pulas di bahuku sebelum aku teringat semuanya. Yeoja ini, yeoja yang akhir-akhir ini membuatku gila karna terus memikirkannya. Yeoja yang menolak bertunangan denganku bahkan sebelum sempat bertemu denganku. Tapi aku bersyukur, dengan begitu aku bisa leluasa mendekatinya dan membuatnya jatuh hati padaku. Jika perasaanku padanya sudah terbalas, baru aku akan memberitahu identitasku yang sebenarnya padanya bahwa aku adalah calon, ah ani, aku sudah resmi menjadi tunangannya semalam.

 

Flashback

 

“Jae In-ssi bisa kita bicara sebentar?” aku tak menghiraukan pertanyaannya. Muka Jae In semakin pucat saat memandangku. Aku semakin yakin jika dia sedang menyembunyikan sesuatu.

 

“N-ne.”

 

“Aku tidak suka basa-basi. So, katakan apa yang kau ketahui tapi tidak aku dan semua orang di dalam mengetahuinya? Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu. Apa sebenarnya kau sudah tahu dimana Hyesun berada?” Ku amati wajah terkejutnya akibat perkataanku barusan.

 

“M-mwo? Museunsoriya? A-aku kan tadi sudah mengatakannya pada kalian jika aku tidak tahu dimana Hyesun berada sekarang. Dia memang tadi sempat pulang ke rumah Haraboji untuk mengambil baju. Tapi sekarang dia sudah pergi lagi entah kemana. Mu-mungkin ke rumah salah satu temannya disini,” kepanikkannya semakin membuatku yakin jika dia memang tahu dimana Hyesun.

 

Geojitmal. Jika memang benar kenapa kau malah duduk merenung disini? Bukankah tadi Appa-nya sudah menyuruhmu untuk menghubungi teman-teman Hyesun?” Kembali kulancarkan seranganku untuk menyudutkannya. Aku tahu tidak akan semudah itu meminta Jae In mengungkapkan keberadaan Hyesun sekarang. Tapi aku tidak akan menyerah hingga aku berhasil menemukan calon tunanganku itu.

 

“A-aku tidak berbohong Oppa. A-aku…” Aku sungguh tidak tahan lagi melihat Jae In yang masih berusaha mengelak. Kesabaranku hilang entah kemana. Aku mencekal tangannya dan menatapnya tajam.

 

“Katakan!! Dimana Hyesun berada atau….. kau yang harus menggantikan posisinya untuk bertunangan denganku.” Ucapku penuh penekanan dan ancaman di setiap katanya.

 

Jae In terbelalak kaget mendengar ancamanku. Aku sebenarnya bukan orang yang suka mengancam. Kali ini berbeda, entah setan apa yang merasukkiku hingga aku lepas kendali seperti ini. Akhirnya dengan sedikit terisak Jae In mengatakan keberadaan Hyesun padaku. Segera setelahnya kuhubungi Sekretaris Park sambil melangkah masuk kembali ke dalam rumah meninggalkan Jae In yang masih terisak pelan.

 

“Herry-ya, sebaiknya kita batalkan saja perjodohan ini,” ucapan Appa yang pertama kali kudengar saat akan memasukki ruangan yang beberapa saat lalu kutinggalkan. Aku sempat tertegun mendengarnya, tapi segera aku bergegas masuk dan menghampiri Appa dan Herry Ajussi.

 

Chamkkanman! Appa, aku tetap ingin melanjutkan perjodohan ini,” gumamku lirih tapi aku yakin mereka semua mendengarnya. Terbukti dari tatapan heran yang mereka tujukan padaku. Aku menghela nafas sesaat sebelum menjelaskan perkataanku barusan.

 

Appa, kita teruskan saja acara pertunangan ini tanpanya. Tak perlu melibatkan para tamu undangan. Cukup keluarga kita dan keluarga Jung saja yang mengetahuinya.” Kuberi jeda sesaat agar mereka bisa mencerna ucapanku barusan. Aku menatap satu persatu anggota keluarga Jung juga Appa dan Eomma.

 

“Apa maksudmu Wookie? Melanjutkan perjodohan ini? Appa baru saja memutuskan akan membatalkannya.” Appa mengulang kembali perkataannya yang lalu membuat suasana tegang yang tercipta semakin terasa mencekam.

 

“Tuan Kim,….” Herry Ajussi yang pertama kali membuka suara mencoba mencairkan suasana tegang yang ada. Tapi perkataannya segera dipotong oleh Appa.

 

“Tenang Herry-ya, walaupun perjodohan ini batal aku akan tetap membantu kalian. Pertunangan kedua ini hanya sebagai bonus untuk keluarga kami karna membantu kalian. Jadi walau kami tidak mendapat bonus itu kami tidak akan rugi bukan?” Appa menjelaskan kembali maksud perkataannya pada Herry Ajussi.

 

SHIREO! Aku tidak ingin membatalkan perjodohan ini Appa. Aku… a-aku mencintainya. Kumohon Appa, jangan membatalkan perjodohan ini. Bukankah Appa dan Eomma sudah sangat ingin melihat aku menikah dan mendapat cucu dariku?” Entah keberanian dari mana hingga aku bisa berkata seperti itu di depan semua orang. Tapi perasaanku lega setelah kalimat itu keluar.

 

“Apa kau yakin Ryeowook? Tapi nona Jung sudah menolak perjodohan ini secara tidak langsung. Ja…,”

 

“Beri aku waktu. Aku akan membuat dia menerimaku, menerima perjodohan ini. Beri aku waktu, jeongmal,” aku berlutut di depan Appa membuat semua orang terkejut.

 

“Bangunlah, kau tidak perlu melakukan ini.”

 

Shireo, kumohon Appa.” Aku menatap Appa penuh harap. Beliau menghela nafas sejenak dan menatap Eomma serta Herry Ajussi meminta persetujuan. Aku turut menatap mereka semua dengan tatapan memelasku.

 

Geurae, Appa beri waktu kau satu bulan. Jika sampai satu bulan kau tidak bisa membuat dia menyukaimu, maka lupakan perjodohan ini, Nak!” Walau terkesan memaksa, tapi ucapan Appa cukup membuatku lega. Aku pun langsung bangkit dan memeluknya.

 

Gomawo, Appa. Aku janji tidak akan membuatmu kecewa. Aku pasti bisa mendapatkannya.”

 

“Itu baru anak Appa. Baiklah, aku tidak akan membatalkan perjodohan ini untuk sementara. Kita akan mengadakan pesta pertunangan resmi jika anakku sudah mendapatkan hati yeoja-nya.”

 

Flashback End

 

I’m an ordinary man duh nal miduhjwuh

Mudaewiui moseubeun juhnbuga anya

Just an ordinary man sumanheun saram

Nae gyuhte issuhdo nuh hanaman boyuh

 

Dering ponselku membuyarkan ingatanku akan kejadian semalam. Segera ku keluarkan ponselku dari kantong celanaku dan kuangkat panggilan itu sebelum membuat yeoja yang masih tertidur dipundakku ini terbangun.

 

Yeoboseyo?”

 

“…..”

 

Ne Eomma, dia sudah bersamaku sekarang. Kami sedang di kereta menuju Seoul.”

 

“…..”

 

Ani, dia sedang tertidur sekarang.”

 

“…..”

 

Ne, tenang saja Eomma. Sebelum waktu yang ditentukan Appa habis, aku pasti sudah mendapatkan hatinya. Eomma, sudah dulu ya, sepertinya sebentar lagi dia akan terbangun. Bye Eomma.”

 

Segera kumasukkan kembali ponselku ke dalam kantong dan kupasang headset untuk mendengarkan musik dari MP3 playerku. Sebenarnya hanya kamuflase saja karna aku tidak menyalakan benda itu. Jantungku berdegub kencang saat kurasakan dia mengangkat wajahnya dan menoleh ke hadapanku. Muka bangun tidurnya sungguh sangat menggemaskan. Ditambah kedua bola mata indah itu seakan ingin keluar saking terkejutnya dia. Sebenarnya aku ingin mencubit pipinya agar dia sadar dari keterkejutannya itu. Tapi alih–alih melancarkan niatku itu, aku melepas headset ditelingaku dan mengeluarkan senyum terbaikku untuk menyapanya dan menutupi detak jantungku yang mulai tak terkontrol.

 

“Kau sudah bangun agassi? Apa tidurmu nyenyak?” tanyaku basa basi masih dengan senyuman manisku.

 

“N-ne. Ah, je-jeosonghamnida Tuan. A-apa a-ku sudah lama tertidur di… bahumu?” ujarnya terbata sambil menunjuk bahuku yang beberapa saat lalu menjadi ‘bantal’-nya.

 

“Hmm, cukup lama untuk membuat bahuku mati rasa,” ujarku sambil menepuk-nepuk bahuku seraya menggodanya. Aku terkikik geli melihat wajahnya yang kini memucat dengan mata yang kian membulat lucu.

 

Jeo-songhamnida, sungguh a-aku tidak bermaksud,” ujarnya terbata. “A-apa perlu aku pijat bahumu? Kata Appaku pijatanku cukup enak. Siapa tahu itu bisa membuat bahumu lebih baik,” tawarnya kemudian.

 

“Cobalah kalau begitu,” ucapku setelah berpura-pura berpikir sesaat. Dia pun segera menggerakkan tangannya untuk memijit bahuku yang memang sedikit pegal karnanya.

 

Ryeowook POV End

 

Hyesun POV

 

“Cobalah kalau begitu,” namja itu kembali tersenyum manis. Seolah terhipnotis, tanganku pun terangkat menuju bahunya dan kupijit perlahan. Dia memejamkan matanya menikmati pijatan-pijatanku di bahunya. Aku masih memandangi wajahnya yang terlihat lelah walau senyuman itu masih terpasang jelas diwajahnya. Kami baru pertama kali bertemu, tapi aku merasa tidak asing dengan wajah tampan yang cenderung manis ini. Apa kami pernah bertemu sebelumnya?

 

“Aku tahu aku tampan. Tapi tolong jangan menatapku seperti itu. Itu sangat tidak sopan mengingat kita bahkan belum berkenalan,” ucapannya menyadarkanku kembali ke dunia nyata. Sontak aku menghentikan gerakan tanganku di bahunya. Kembali kutatap dia dan mengerutkan keningku, bingung. Kulihat matanya masih terpejam, tapi bagaimana dia tahu jika aku terus memperhatikannya.

 

Detik berikutnya dia membuka mata dan menoleh ke arahku. Saat itu aku kembali terhipnotis oleh mata karamelnya. Senyuman itu seolah tak pernah hilang dari wajah tampannya. Sebelum aku semakin terjerat akan keindahan dua bola karamelnya segera ku tundukkan wajahku. Sekaligus menyembunyikan rona merah yang kurasa sudah menjalar ke seluruh permukaan wajahku.

 

Mi-mianhae, a-aku hanya seperti pernah melihatmu di suatu tempat,” sumpah demi semua makhluk imut di dunia ini kenapa aku jadi gagap seperti ini? Jantungku juga berdetak kencang saat memandang kedua mata indahnya?

 

“Kkkkk, gwaenchanha, aku hanya bercanda tadi. Masalah kita pernah bertemu atau tidak bukankah itu bukan hal yang aneh? Bukankah kebetulan-kebetulan seperti itu memang selalu ada. Ah, Nathan Kim imnida. Neo?”

 

Dia mengulurkan tangannya ke arahku masih dengan senyuman manis itu. apa dia ingin membunuhku secara perlahan eoh? Tidak tahukah dia jika senyumannya itu berbahaya bagi kesehatan jantungku? Dengan ragu kusambut uluran tangan itu dan memperkenalkan diriku.

 

“Jung Hyesun imnida, bangapseumnida.”

 

Hyesun POV End

 

To be continue.. >,<

 

Adakah yang masih ingat dengan FF ini?? #gaada #pundungdipojokan

Ok, sedikit lega karna aku bisa melanjutkan FF ini.. 🙂

Aku hanya bisa berharap semoga kalian semua menikmatinya,, ^^

8 Komentar

Filed under Chapter, Family, Fanfiction, Romance

8 responses to “Unexpected Destiny (Confidence/신뢰) Part 3

  1. Uhuy…. aku mau tanya
    aku mau tanya
    kenapa tiba-tiba ada nama Ok Taecyeon disini
    cie…… orang ke tiga dong
    wah, Wookpa romantis bener yah, aku rasa nantinya Hyesun akan jatuh cinta pada pria itu tapi setelahnya akan ada konflik besar kalo dia tahu namja itu adalah orang dijodohkan dengannya#sotoy
    dilanjut yah eonni sayang ff-nya ceritanya bagus, tapi ini bakal jadi banyak chap yah mengingat konfliknya masih banyak kayaknya, banyak keluarga juga kan ini, hihihi

    • kenapa ya?? eonni juga ga tau, dy muncul ga bilang2 soal’a.. kkkkk
      wah, seperti’a ide crita’a terlalu pasaran ya?? ato emg dirimu tau apa yg lg eonni pikirkan?? ==a
      ia nie blum tau mau brp chap lg,,
      doakan saja eonni segera mendapat ide untuk melanjutkan’a,,
      soal’a sampe skrg yg part 4 sama sekali blum diketik barang satu huruf pun.. #lemes

      • aku hanya menebaknya eonni, mungkin karena kita memiliki ikatan batin makanya aku tahu ada di benakmu, hahaha
        aku juga suka taecyeon gegera aktingnya di dream high
        keep spirit aja buat lanjutannya yah, aku menanti

      • wah, eonni baru tau kl kita punya ikatan batin, kirain eonni cuma punya ikatan batin sama wookppa aja.. :p #ngarep
        ia, eonni juga suka dy gara2 drama itu.. ❤
        ne, gomawo saeng,, ^^

  2. EONNIIIIIII~~~~ #rusuh
    Saeng datang berkunjung setelah sekian lama tidak mampir… hehehe. Banyak FF baru nih eon. Tapi baca yang ini dulu soalnya udah lama nunggu kelanjutannya… hehe. Alhamdulillah, saeng gak sia-sia nunggunya lama. Suka sama part ini. Apa lagi yang waktu Wookie sama Hyesun di kereta.
    Eciyeeeh… eon, nulisnya pasti penuh penghayatan di bagian itu, ya? Romantis bener~~~ 😀

    Penasaran sama kelanjutannya. Kalo Hyesun tahu kalo Nathan Kim itu orang yang dijodohkan sama dia gimana, ya!?

    Lanjut ya, eon.
    Keep writing ^^9

    • aish, jgn bikin rusuh disini.. #pout
      ia, kita sama, pa lagi eonni, blum mampir lg ke wp mu tu.. #nyengirsiwon 😀
      Alhamdulillah dech kl kamu suka, ia nie, eonni juga suka bagian itu,,
      so sweet gimana gitu.. kkkkk :p
      emg c pas nulis bagian di kereta tu bener2 ngebayangin lg duduk di kereta berdua ma wookppa.. kyaaaaa >.< #triakgaje
      silahkan ditunggu saja kelanjutan'a.. kkkkkk
      kl hyesun tau dr awal mah ga bakal nolak.. :p #tumahmaunyaeonni
      ne, gomawo saeng,, ^^

      • Hehehe… sori deh, eon #puppyeyes
        Sudah saeng duga. Pasti nulisnya sambil ngebayangin. Feel-nya dapet banget 😀
        Oke, eon. Jangan lama-lama, ya 🙂
        Hehehehe… ne. Ntar gak seru juga kalo udah tau dari awal…

        Oke, eon. Cheonmaneyo~~~

      • syukur dech kl dapet feel’a.. 😀
        ne, eonni usahakan sebulan sekali apdet nie ff.. #plak #klamaan >.<
        ne, kl dr awal udh tau lngsung tamat saat tu juga.. kkkkk
        wookie.. 😀

Tinggalkan komentar