Unexpected Destiny (Confidence/신뢰) Part 2

UnED

Disclaimer : Semua tokoh disini (kecuali OC) merupakan milik Tuhan, keluarga & diri mereka sendiri.

#The last story..

“Apa disini yang niat berlibur hanya aku dan Hyesun saja? Yak, dengarkan jika aku sedang bicara,” Jae In mulai terlihat kesal.

Chagi, tak usah marah-marah seperti itu. Dari tadi kita juga mendengarkanmu,” jelas Cho Raera, Eomma Jae In.

Geurae? Kenapa tidak ada yang mengajukan ide saat aku bertanya tadi?” keluh Jae In. Raera hanya menghela napas melihat tingkah anak bungsunya itu, kemudian, “Gimana kalo kalian ke pantai Songjeong saja? Shuwan pasti senang sekali bermain air di sana.”

“Ah, ide bagus itu Imo, aku juga sudah lama tidak ke Songjeong. Eonni, kita kesana saja ya?” Hyesun mulai membujuk Jae in yang masih memikirkan ide dari Eommanya itu. Tak lama Jae In pun mengangguk.

“Ok, kita sepakat besok ke Songjeong. Ayo, anak-anak kita berkemas dan segera pergi tidur. Kita berangkat jam 7 agar terhindar dari macet, ne!” setelah mengatakan itu, Jae In langsung pergi ke kamarnya, tak lama Hyesun pun menyusul.

Setelah Jae In dan Hyesun pergi, Cho Raera mengajak Shin Min So, Eomma Hyesun, bicara di ruang kerja suaminya.

“Min So-ya, kau sudah tau kan soal masalah ‘itu’?” Min So pun mengangguk saat menyadari arah pembicaraan Raera.

“Tapi Eonni, kita kan belum memberitahu Jae In dan Hyesun soal ‘itu’. Aku tidak yakin mereka akan setuju dengan rencana kita.”

Praaang…

Appo,” terdengar suara benda pecah yang diikuti rintihan pelan dari arah pintu yang tidak tertutup rapat. Min So dan Raera segera beranjak dari tempat mereka untuk melihat siapa yang ada di luar. Saat pintu di buka lebih lebar terlihat seorang yeoja yang sedang terduduk membelakangi mereka. Di sekitarnya ada pecahan vas yang tadi jatuh.

“Jae In, apa yang kau lakukan disini?” Raera dan Min So langsung membantu Jae In berdiri. Kemudian Raera membawa Jae In masuk ke ruang kerja. Sedangkan Min So langsung membersihkan pecahan vas yang berserakkan dan mengambil minum untuk Jae In. setelah memberi Jae In minum, Min So dan Raera menatap yeoja itu tajam dan waspada. Jae In yang merasa sedang diperhatikan langsung meletakkan gelasnya dan hendak beranjak keluar.

Eomma, Imo, sebaiknya aku tidur sekarang ya. Aku takut tidak bisa bangun pagi besok,” Jae In mencoba kabur, tapi dia merasakan sesuatu menahannya. Saat berbalik ternyata Eommanya yang menarik kerah bajunya agar dia tidak bisa kabur.

“Sedang apa kau di luar tadi Jae In-ah?” Raera yang membaca gelagat aneh dari Jae In langsung menginterogasi putrinya itu. Jae In segera berpikir untuk mencari alasan yang bisa dipercaya Eommanya. Jika dia ketahuan sedang menguping pembicaraan kedua yeoja paruh baya itu, bisa tamat riwayatnya.

“Ah, aku tadi sedang… mengambil minum. Ya, aku tadi dari dapur mengambil minum. Saat ingin kembali ke kamar, kakiku terantuk meja dan alhasil vasnya pecah. Mianhae Eomma, vas kesayanganmu jadi pecah,” Jae In menatap Raera dengan wajah sepolos mungkin agar Eommanya itu percaya.

“Jae In-ah, jika benar kau dari dapur kenapa kau memilih jalan berputar untuk kembali ke kamarmu? Bukankah lebih dekat jika kau langsung belok ke kiri?” Min So pun ikut bertanya kepada Jae In.

“Ehm, ah, itu Imo, aku sekalian ingin berolahraga sebentar sebelum tidur,” Jae In gugup dan tangannya mulai berkeringat.

“Mengaku saja Jae In. Atau Eomma akan menghukummu. Katakan apa saja yang sudah kau dengar tadi!” Raera yang mulai kesal dengan tingkah putrinya mencoba mengancam. Jae In yang sudah hapal dengan sifat Eommanya sadar bahwa ancaman itu akan menjadi kenyataan jika dia tidak segera mengaku.

Author POV End

Jae In POV

“Aku mendengar kalian sedang membicarakan sebuah masalah atau rencana yang menyangkut aku dan juga Hyesun. Dan Imo tidak yakin kami akan menyetujui rencana tersebut,” terpaksa aku mengaku setelah mendapat ancaman dari Eomma. Saat aku mengangkat kepalaku, aku melihat raut gusar di wajah mereka berdua. Hal ini semakin membuatku penasaran.

Eomma, sebenarnya apa yang kalian rencanakan?” kulihat Min So Imo sudah membuka mulut, tapi langsung menutupnya kembali saat melihat Eomma menggeleng. Aku buru-buru menambahkan, “Aku berhak tau, Eomma. Rencana itu melibatkan aku dan Hyesun. Jadi aku juga berhak tau. Atau perlu aku bilang pada Hyesun juga, eoh?”

Geurae, Eomma akan memberitahumu. Tapi kau harus janji tidak boleh memberitahukannya kepada siapa pun terutama Hyesun. Dimana dia sekarang?”

Ne, aku janji. Hyesun sudah tidur saat aku akan mengambil minum,” kemudian Eomma dan Imo terlihat berpandangan sesaat. Sepertinya mereka sedang memutuskan siapa yang akan berbicara.

“Jae In-ah, kau tentu tau kalau perusahaan sekarang sedang mengalami kesulitan dan butuh suntikkan dana yang sangat besar kan?” Eomma masih terlihat enggan memberitahuku.

Keundeu, bukankah 60% saham perusahaan kita sudah dibeli oleh E.K.C? Jadi masalah itu sudah selesai kan?” setauku E.K.C memang sudah membeli saham perusahaan kami. Bahkan lusa akan ada pesta untuk merayakannya. Jadi aku sama sekali tidak mengerti arah dari pembicaraan ini.

Ne, tapi perusahaan sebesar itu tidak akan membeli saham perusahaan kecil dan diambang kehancuran seperti kita tanpa ada jaminan yang seimbang kan. Perusahaan kita sudah berada di ujung tanduk Jae In. keadaannya jauh lebih buruk dari yang bisa kau bayangkan,” Min So Imo yang hanya diam sedari tadi mulai bicara.

“Lalu, apa hubungan ini semua denganku dan Hyesun?”

“Kalian berdua sudah besar, jadi sudah sewajarnya kalian ikut bertanggungjawab atas kelangsungan perusahaan ini.”

“Aku mengerti Eomma, Imo, tapi kalian tau sendiri kuliahku belum selesai. Sedangkan Hyesun, dia lebih memilih jadi seorang akuntan di perusahaan lain. Lagipula kita sudah sepakat Il Woo Oppa yang akan mengambil alih tugas itu,” kenapa Eomma mengungkit masalah ini lagi. Sebenarnya apa yang ingin mereka sampaikan. Perasaanku mengatakan aku tidak akan menyukai apapun yang nantinya akan mereka sampaikan. #Il Woo Oppa numpang eksis disini :p

“Hal itu tidak berubah, Jae In. Hanya saja seperti yang sudah Imo bilang tadi. K.E.C meminta jaminan…”

“Dan, jaminan seperti apa yang mereka minta Imo?” aku langsung memotong ucapan Min So Imo sambil menyipitkan mataku.

“Sebuah pertunangan. Nyonya Kim ingin menjodohkan anaknya dengan salah satu diantara kalian berdua,” ucap Eomma tanpa ada keraguan.

Mwo? Perjodohan? Andwae.. Aku tidak mau. Apa kata teman-temanku nanti jika mereka tahu aku akan menikah saat masih kuliah? Andwae.. Andwaeyo..”

“Tenang Jae In, kalian hanya akan bertunangan saja. Masalah pernikahan bisa dibicarakan nanti. Kau mau kan, chagi?” Eomma mencoba membujukku. Tapi aku tetap saja tidak akan setuju.

Shireo, bukankah tadi kalian bilang aku atau Hyesun? Dia saja yang dijodohkan. Kalau menurut umur kan dia lebih tua dibanding aku. Imo, Hyesun saja ya?” aku mencoba merajuk pada Min So Imo. Eomma dan Min So Imo kembali bertatapan. Min So Imo tampak menghela napas sebelum mengatakan sesuatu yang membuatku bernapas lega.

Geurae, biar Hyesun saja yang melakukannya. Kasihan Jae In, dia memang harus fokus pada kuliahnya saja. Tapi, Jae In, Imo mohon jangan bilang pada Hyesun sebelum pesta pertunangan itu berlangsung, ne?”

“Tenang Imo, aku akan membantu kalian. Eomma, Imo, aku tidur sekarang ne,” aku langsung bergegas ke kamar sebelum mereka berubah pikiran lagi.

Jae In POV End

Keesokan harinya….

Hyesun POV

Eomma, apa hari ini kita jadi ke pantai dengan yang lain?” tanyaku pada Eomma yang tengah sibuk membuat sarapan.

Ne,  cepatlah bersiap, bangunkan juga Jae In.”

“Ah, aku sudah lama sekali tidak pergi ke pantai,” seruku riang sambil menuju ke kamar Jae In Eonni.

Eonni, ayo bangun. Apa kau tidak jadi ikut, eoh?” tanyaku yang membuat Jae In Eonni menatapku bingung. Terlihat sekali dia masih mengantuk.

Wae?” tanyanya dengan wajah mengantuknya itu.

Aish, kau ini, seharian ini kita kan akan bermain sepuasnya di pantai,” jelasku.

“Ah, aku masih mengantuk,” balas Jae In Eonni.

“Ah, Eonni, kau payah sekali. Ayo cepat bangun. Kita sudah ditunggu di bawah,” tanpa aba-aba aku langsung menarik selimutnya.

“Yak, kau ini. Arra, aku akan turun sebentar lagi,” yes, misiku sukses, hahahahaha..

@Songjeong Beach

Saat tiba di pantai kami langsung berlari ke arah ombak. Melempar pasir, berfoto di tengah ombak yang menerjang, juga menulis di atas pasir.

Eonni, aku ingin di foto dengan tebing itu sebagai backgroundnya, ne,” pintaku pada Jae In yang tengah asyik sedari tadi dengan kameranya.

“Ok, hana, dul, …,” tiba-tiba Jae In Eonni menurunkan kameranya dan menyipitkan matanya ke arah tebing. Aku pun mengikuti arah pandang matanya itu. Tapi aku tidak melihat apapun yang aneh di sekitar tebing.

Eonni, kau melihat apa disana?”  tanyaku penasaran.

“Ah, ani, ayo cepat berposelah. Hana, dul, set,” aku pun langsung melupakan kejadian tadi dan segera berpose sesuai instruksi dari Jae In Eonni.

Hyesun POV End

Ryeowook POV

Sekarang aku sedang berusaha menenangkan diri sambil berjalan di jalan setapak menuju tebing yang berada di sekitar pantai Songjeong. Eomma benar-benar sudah keterlaluan sekarang. Kenapa tiba-tiba dia ingin menjodohkanku lagi? Dan kenapa secepat ini? Baru sebulan lalu aku menolak usulnya itu. Sekarang jika aku menolak lagi Eomma sudah mengancam akan menyuruh Appa mencoretku dari daftar ahli waris. Hal yang konyol menurutku karna aku ini kan anak mereka satu-satunya.

Tapi jika aku menurut? Ah, bertemu dengan yeoja itu saja belum pernah. Ku sapukan pandanganku menyusuri garis pantai dan berhenti di tepi pantai. Kemudian aku menajamkan penglihatanku ke segerombolan yeoja yang asyik berfoto di sana.

Hey, aku sepertinya tidak asing dengan yeoja itu. Ah, aku ingat, dia itu yeoja menyebalkan dan aneh yang sudah mengusik pikiranku selama ini. Dunia memang sungguh sempit. Akhir-akhir ini aku merasa dimana pun aku berada, dia juga akan ada di tempat yang sama. Ini seperti sebuah pertanda. “Apa sebaiknya aku menghampirinya dan mengajaknya berkenalan?” bathinku sambil terus memandangnya.

Ah, dia melihat kemari. Apa dia melihatku? Kurasa tidak, karna tak lama kemudian dia kembali asyik berfoto dengan temannya. Aku jadi semakin penasaran saja dengan yeoja ini. Jika nanti aku bertemu lagi dengannya, aku akan mengajaknya berkenalan. Tentunya jika dia sedang sendiri.

Ryeowook POV End

Jae In POV

Tadi aku seperti melihat namja itu. Ah, mungkin aku salah lihat. Lagi pula jika itu memang dia toh tidak ada hubungannya denganku. Dan untung saja Hyesun tidak bertanya apa-apa lagi padaku.

“Jae In-ah,” ku dengar seseorang memanggilku. Aku pun menghentikaN aktifitas memotretku dan menoleh ke sumber suara. Ternyata Min So Imo yang memanggilku.

“Jae In, kemana Hyesun?” tanya Min So Imo.

“Tadi dia bilang mau beli es kelapa, Imo. Wae?” aku bertanya balik sambil membidikkan kameraku ke objek di sebrang lautan. Min So Imo ikut memandang arah bidikanku sebelum menjawab pertanyaanku.

Ani, Imo hanya ingin bicara berdua denganmu. Ini masalah pertunangan itu. Hyesun belum tau kan tentang pertunangan ini?” tanya Min So Imo lagi.

Ne, Imo tenang saja. Aku bisa menjaga rahasia ini koq,” ujarku menenangkannya.

Geuraeyo? Besok malam kita akan ke rumah Herry Samchon untuk merayakan ulang tahunnya sekaligus meresmikan pertunangan tersebut. Imo mohon kau jaga rahasia ini sampai besok malam ya?” pinta Min So Imo dengan tatapan memohon.

“Apa yang kalian bicarakan, eoh? Rahasia apa? Pertunangan siapa?”

Sontak kami menoleh ke sumber suara. Dan disanalah dia berdiri sambil membawa sebuah kelapa yang sudah dibuka. JUNG HYESUN.

Jae In POV End

Author POV

Hyesun berjalan menghampiri Jae In yang terlihat sedang berbicara serius dengan Eommanya. Dalam pikirannya dia menebak-nebak, kira-kira apa yang sedang mereka bicarakan dengan raut muka yang serius seperti itu. Jae In dan Min So tidak sadar akan kehadiran Hyesun karena mereka berdua sekarang sedang menghadap ke arah laut lepas. Tiba-tiba Hyesun berpikir untuk mengagetkan mereka tepat saat dia mendengar Eommanya berkata.

“…meresmikan pertunangan tersebut. Imo mohon kau jaga rahasia ini sampai besok malam ya?”

‘Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan? Siapa yang bertunangan?’ Hyesun bertanya-tanya dalam hati. Akhirnya dia memutuskan untuk ikutan nimbrung(?).

“Apa yang kalian bicarakan, eoh? Rahasia apa? Pertunangan siapa?” Jae In dan Min So sangat terkejut menyadari kehadiran Hyesun. Mereka terlihat gugup dan salah tingkah saat Hyesun mulai menatap mereka dengan curiga.

“Yak, kalian kenapa, eoh? Ekspresi kalian seperti pencuri yang tertangkap basah sedang mencuri saja. Apa ada yang kalian coba sembunyikan dariku?”

“Hei, kalian bertiga sedang apa? Ayo lekas bergegas, sebentar lagi kita harus pulang,” sela Appa Hyesun, Hyunsik. Jae In dan Min So terlihat lega mendapat interupsi dari Hyunsik. Mereka segera mengalihkan perhatian Hyesun.

“Ah, ne, yeobo-ya, kami akan berkemas sekarang. Ayo Jae In, Hyesun, bilang pada dongsaeng-dongsaeng kalian untuk berkemas,” perintah Min So pada Jae In dan Hyesun.

Ne, Imo. Kajja Hyesun. Hei, kalian cepat kemari..,” Jae In buru-buru kabur agar Hyesun tidak bertanya macam-macam lagi.

Tak lama setelah mereka bilas dan berkemas, mereka pun pergi meninggalkan pantai tersebut. Min So dan Jae In pun merasa lega karna Hyesun sepertinya sudah lupa akan masalah di pantai tadi. Mereka tidak tahu jika Hyesun sedang memutar otak untuk mencari tahu apa yang sedang disembunyikan oleh Min So dan Jae In.

@Jung’s Family Home, 00.21 KST

“Hei, aku tidur duluan ya, aku sudah lelah sekali. Seharian tadi kan kita sudah bermain di pantai dan sekarang juga sudah larut,” Hyesun pamit kepada semua saudaranya sambil menguap. Mereka sedang asyik bermain kartu sambil mengulang cerita saat mereka di pantai tadi.

“Yak, kau sungguh tidak asyik, Hyesun! Sebentar lagi saja, mari kita bermain sekali lagi,” Jae In mulai merajuk, tapi jika Hyesun mengikuti keinginannya maka dia tidak akan bisa tidur lagi hingga matahari terbit nanti.

“Ia Eonni, kali ini aku pasti menang,” Hyemi yang dari tadi kalah pun mencoba membujuk Hyesun agar kembali bermain.

“Aku sudah sangat lelah, lagi pula besok kegiatan kita padat. Kita harus ke Busan Centum City mencari kue untuk ulang tahun Herry Samchon. Kemudian –aku akui aku tidak suka bagian ini- kita juga masih harus ke salon. Apa kau lupa, hah?” Hyesun mengingatkan Jae In tanpa menghiraukan Hyemi.

Aish, kau ini benar. Tapi bagian ke salon itu kita tidak bisa berbuat apa-apa bukan?” akhirnya Jae In mengalah dan Hyesun pun tidur dengan damai.

Esok harinya….

@Busan Centum City

“Sun-ah, mana yang bagus menurutmu?” tanya Jae In memperagakan dua tas dengan model yg berbeda.

“Yang ini…” Hyesun menunjuk tas yang berwarna coklat tua. Tapi Jae In tidak setuju dan menunjuk tas yang satu lagi sambil berkata, “Tapi aku lebih suka yang ini Sun-ah.” Hyesun hanya bisa mendecak kesal melihat tingkah Eonninya itu.

“Kalau begitu kau beli saja yang itu,” seru Hyesun sambil beranjak pergi. Jae In tau Hyesun kesal karna dia juga ingin membeli tas yang sama. Kemudian saat Jae In berkeliling melihat ke rak di bagian belakang, tanpa sengaja Jae In menemukan tas yang sama persis. Melihat Hyesun yang masih cemberut, Jae In mendapat ide brilian.

Jae In menghampiri Hyesun sambil membawa kedua tas kembar itu. Dia kemudian menyodorkan salah satu tas yang dibawanya. “Hyesun, gimana kalau kita beli tas yang sama saja? Kebetulan tas yang ini ada dua buah. Kajja, kita tidak punya banyak waktu. Setelah ini kita harus membeli kue ulang tahun untuk Herry Samchon.”

“Ah, jinjja. Kajja Eonni kita harus cepat pulang juga sebelum Eomma marah-marah,” Jae In pun pasrah saat Hyesun menarik tangannya menuju kasir.

In Other Place….

Sementara itu di salah satu kamar hotel di pusat kota Busan, Ryeowook terlihat sedang melamun. Sesekali terlihat dia menghela napas dengan kasar. Dia sedang memikirkan ucapan Eommanya tempo hari. Kemudian dia mengulang percakapan telepon antara dia dan Nyonya Kim. #aku masih belum tau nama Ortunya RyeoPPa.. T~T

“Eomma, aku sudah bilang berkali-kali bahwa aku bisa mencari jodohku sendiri. Kenapa kalian tidak bisa memahami perasaanku?” Ryeowook bertanya dengan kesal pada Eommanya. Ini sudah yang kesekian kalinya Nyonya Kim berusaha menjodohkan Ryeowook dengan seorang yeoja. Dan semuanya bisa diatasi Ryeowook tanpa perlu bertemu dengan semua yeoja itu. Tapi kali ini dia tahu, dia tidak mungkin menghindar saat Eommanya mendesah sebelum menjawab pertanyaannya.

 

“Kami sudah berusaha memahami perasaanmu dan memberimu kesempatan. Tapi hingga kini kau belum juga menemukan yeoja yang tepat padahal kami sudah ingin menimang cucu.” Ada jeda sejenak sebelum Nyonya Kim melanjutkan, “Wookie-ah, kau satu-satunya anak Eomma dan Appa. Kami sudah tua, Nak. Kami hanya ingin melihatmu bahagia.”

 

“Tapi tidak dengan menjodohkanku. Lagi pula aku punya hak untuk memilih yeoja yang sesuai dengan kriteriaku, Eomma,” Ryeowook mencoba membujuk Eommanya.

 

“Kali ini berbeda, Chagi. Kau tetap bisa memilih karna Eomma sudah memilih dua yeoja yang akan menjadi calonmu nanti. Pilihlah yang mendekati kriteriamu itu. Yang manapun itu Eomma dan Appa pasti akan setuju. Kali ini Eomma tidak menerima penolakkan. Dan jangan lupa untuk menjemput kami besok jam 2 siang di bandara,” kemudian sambungan terputus.

Ryeowook pun tersadar dari lamunannya saat teringat janjinya untuk menjemput kedua orang tuanya di Bandara. Dia tahu tidak ada jalan lain selain mengikuti permainan yang dimulai oleh Eommanya. Jadi dia pun bergegas bangun dan pergi ke bandara untuk menjemput kedua orang tuanya.

@Kediaman Jung Herry, 19.00 KST

“Hyesun, kau tunggu di mobil dulu saja, biar kita turun di mobil duluan, kau masuk jika Bok Yun sudah menjemputmu, ne?” Jae In kemudian turun dari mobil dalam langsung masuk ke dalam rumah yang sudah penuh oleh tamu undangan. Tak lama setelah itu, Bok Yun muncul dan mengambil kue kejutan untuk Appanya. Setelah lilin dinyalakan, mereka bergegas ke halaman belakang tempat pesta sedang berlangsung dengan meriah.

Author POV End

Hyesun POV

Saengil chukhae hamnida, saengil chukhae hamnida…” kami serempak bernyanyi saat Bok Yun tiba di hadapan Appanya. Herry Samchon terlihat kaget tapi tidak lama karna dia langsung meniup lilin setelah mengajukan permohonan. Para tamu satu per satu datang menghampiri Herry Samchon untuk mengucapkan selamat. Dari sekian banyak tamu mataku terpaku pada sesosok namja imut yang kelihatannya tidak asing.

“Hyesun, ayo ikut aku, kita sudah ditunggu di dalam,” tanpa menunggu jawabanku, Jae In dan Hyehee langsung menarikku ke dalam rumah. Ternyata keluarga besarku sudah berkumpul semua. Ini memang sudah tradisi di keluarga besarku, jika ada yang berulang tahun, maka semua kerabat yang hadir akan berkumpul untuk mendoakan orang yang berulang tahun tersebut.

Yeppeuda,” seorang Ajusshi berkomentar saat melihat kami bergabung. Aku merasa asing dengannya karena aku tidak pernah bertemu dengannya sebelum ini. Dan ku rasa Ajusshi ini juga bukan salah satu dari kerabatku. Tapi untuk menghormatinya aku pun tersenyum dan berterima kasih padanya.

“Ah, kalian sudah datang, kajja, ada yang ingin Samchon kenalkan pada kalian,” sambut Herry Samchon.

Nugu?” tanyaku, kemudian Ajusshi tadi berjalan menghampiriku, di sebelahnya juga ada seorang Ajumma yang masih terlihat cantik di umurnya sekarang. Kemudian Herry Samchon mengenalkan mereka kepadaku dan juga Jae In karna Hyehee dipanggil oleh Eomma.

“Jae In, Hyesun, kenalkan ini rekan bisnis Samchon, Tuan Kim dan yang di sampingnya itu adalah istrinya. Tuan Kim, mereka adalah keponakan-keponakanku, Jae In dan Hyesun.”

Annyeong, bangapseumnida,” ujar Jae In dan Hyesun sambil membungkukkan badan.

Annyeong, Hyesun-ah, Jae In-ah. Kalian berdua sangat cantik ya, persis seperti yang kami dengar,” balas Nyonya Kim.

Gomawo,” ujar Jae In, “Tuan dan Nyonya Kim, saya permisi dahulu. Masih banyak moment yang harus saya abadikan malam ini,” lanjut Jae In kemudian melangkah pergi meninggalkan Hyesun bersama dengan Tuan dan Nyonya Kim karna ternyata Herry Samchon sudah pergi entah kemana.

“Ah, aku juga harus permisi. Silahkan kalian nikmati pesta ini,” Hyesun sudah akan pergi saat dia mendengar keluhan Tuan Kim.

Aish, kemana perginya anak itu? Sudah dibilang jangan keluyuran. Apa dia sengaja ingin kabur dari acara perjodohan ini?” tanya Tuan Kim pada sang istri sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan mencari seseorang.

Author POV End

Hyesun POV

Aku akan beranjak meninggalkan Tuan dan Nyonya Kim saat kudengar Tuan Kim bertanya pada istrinya.

Aish, kemana perginya anak itu? Sudah dibilang jangan keluyuran. Apa dia sengaja ingin kabur dari acara perjodohan ini?” tanya Tuan Kim pada sang istri sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan mencari seseorang.

‘Lagi-lagi, dalam dua hari berturut-turut aku mendengar obrolan macam ini. Ah, kenapa aku tidak mencari info dari mereka saja,’ bathin Hyesun yang seolah mendapat ide cemerlang entah dari mana. -_-

Jwengsonghamnida, sepertinya kalian sedang mencari seseorang. Bagaimana jika aku bantu mencarinya?” tawarku basa-basi. Ku lihat raut kaget di wajah mereka saat tahu aku masih ada di sekitar mereka. Kemudian mereka saling bertukar pandang dan berbisik. Mereka tidak sadar jika  telingaku masih cukup tajam untuk obrolan lirih mereka.

Yeobo, apa kita harus menerima tawarannya? Dia juga salah satu calon menantu kita. Toh, mereka juga nanti pasti bertemu saat acara pertunangan berlangsung. Bukankah lebih cepat lebih baik?” tanya Nyonya Kim ragu pada suaminya. Hey, apa tadi yang dia bilang? Aku? Salah satu calon menantunya? Apa sebenarnya yang mereka maksud itu?

Ani, kau ingin mengacaukan semuanya?” kemudian ku dengar Tuan Kim berkata pada istrinya sebelum berpaling padaku.

Kamsahamnida Hyesun-ah atas tawaranmu. Tapi kami tidak ingin merepotkanmu. Sebaiknya kami pergi dulu. Masih banyak rekan bisnis kami yang belum kami sapa,” jelas Tuan Kim sebelum terburu-buru pergi sambil menarik lengan istrinya.

“Ah, ne, gwaenchanha,” aku masih memandang kedua sosok paruh baya yang meninggalkanku itu. Sepertinya kecurigaanku bukan tanpa alasan. Dan aku yakin Jae In sudah tahu apa yang terjadi. Aku harus mencari Jae In sekarang untuk memastikan semua ini. Aku sedang berkeliling di seluruh penjuru rumah Herry Samchon untuk mencari Jae In saat aku melihat dia sedang berbincang dengan beberapa orang yang sepertinya kukenal.

Aku hampir berteriak memanggil Jae In saat aku sadar siapa saja yang sedang berbicara dengannya. Mereka adalah Herry Samchon, Tuan dan Nyonya Kim, kedua orang tua Jae In, dan juga kedua orang tuaku. Aku segera bersembunyi di balik tiang terdekat saat salah satu dari mereka melihat ke arahku. Ku usahakan untuk mencuri dengar pembicaraan mereka yang terlihat sangat serius itu. Walaupun jarak dari tempat aku bersembunyi dengan tempat mereka cukup jauh, tapi samar-samar aku masih bisa mendengar percakapan mereka yang cukup membuatku syok.

Yak, kenapa kalian tidak memberi tahu kami jika rencana awal dirubah? Apapun yang terjadi aku mau malam ini pertunangan itu harus tetap dilaksanakan,” ujar Tuan Kim terdengar sedikit murka.

Ajusshi, Ajumma, jeongmal jwengseonghamnida. Aku sungguh-sungguh tidak bisa. Aku harap kalian bisa mengerti,” ujar Jae In dengan wajah memelas.

Ne, aku harap kalian bisa memakluminya. Jae In masih kuliah dan kami pikir Hyesun lah satu-satunya calon yang potensial. Keluarga besar kami juga lebih setuju jika Hyesun yang melakukan pertunangan nanti,” Herry Samchon yang sedari tadi diam pun mencoba meredakan ketegangan.

Yeobo, kupikir ini bukan keputusan yang buruk. Hyesun juga cantik dan terlihat lebih dewasa dibanding Jae In. Bukankah kita ingin segera menimang cucu? Ku rasa memang Hyesun lah yang seharusnya menjadi menantu kita,” kali ini Nyonya Kim yang mengajukan pendapatnya.

Aku sudah tidak ingin mendengar pembicaraan mereka lagi. Aku sudah cukup mengerti kemana pembicaraan ini mengarah. Yang harus kulakukan sekarang adalah pergi dari sini secepatnya agar mereka tidak bisa memaksaku melakuka pertunangan bodoh itu. Jae In juga, aku cukup kecewa dengannya karna tidak memberitahuku dari awal. Aku pikir diantara kami tidak ada hal sedikit pun yang disembunyikan. Ternyata pikiranku salah, karna dia telah menusukku dari belakang.

Aku berlari sambil menahan air mata yang sebentar lagi akan keluar. Setelah aku sampai di luar rumah, segera kuhentikan taksi yang sedang melintas. Aku langsung naik dan menyuruh taksi itu segera pergi dari kediaman Herry Samchon.

Hyesun POV End

Ryeowook POV

Aku melihatnya lagi. Yeoja itu, aku yakin dia adalah yeoja aneh yang selama ini terus menghantuiku. Tapi kenapa dia terburu-buru seperti itu? Dan sepertinya dia sedang menahan tangis. Aku terus memperhatikannya hingga dia naik ke sebuah taksi yang baru saja dihentikannya. Aish, pikiranku ini semakin kacau karna melihatnya lagi disini. Malam ini aku seharusnya bertemu dengan calon tunanganku itu, tapi setelah melihat yeoja itu aku semakin tidak ingin bertemu atau melanjutkan pertunangan ini. Lebih baik aku segera menemui Appa dan Eomma jika tidak ingin mereka mencoretku dari daftar ahli waris. #poor Ryeowook

Ah, itu mereka disana bersama dengan Tuan Jung dan kerabatnya. Tapi kenapa wajah mereka terlihat sangat tegang? Apa yang sebenarnya terjadi?

Eomma, Appa,” tegurku saat sudah dekat dengan mereka.

“Wookie-ya, dari mana saja kau, hah? Kenapa baru muncul saat keadaan sudah kacau seperti ini, eoh?” tanya Eomma bertubi-tubi.

Wae Eomma? Apanya yang kacau? Kenapa kalian terlihat panik seperti ini?” tanyaku yang sudah terbawa suasana(?)

“Hyesun, dia.. dia hilang..,” ujar seorang Noona yang terlihat sangat pucat.

“Hyesun? Nugu?” tanyaku bingung.

“Dia itu adalah yeoja yang akan dijodohkan denganmu. Eotteohke? Apa kalian sudah mencari di seluruh rumah ini?” tanya Tuan Herry pada beberapa pelayan.

“Wookie, kau jangan bengong saja disitu, cepat bantu kami mencarinya! Biar bagaimanapun dia itu calon tunanganmu. Kajja, cari dia,” Appa pun terlihat sangat panik.

MWO? Bagaimana aku mencarinya? Aku bahkan tidak tau dia seperti apa,” ujarku mencari pembelaan. Menyusahkan saja yeoja itu. Jika dia tidak suka kenapa malah kabur? Kemudian seorang yeoja manis menyodorkan selembar foto kepadaku.

“Dia yang bernama Jung Hyesun, calon tunanganmu,” ujarnya kemudian.

 DHJ

Aku melihat foto itu sekilas, kemudian kedua mataku membulat tak percaya. Yeoja ini… Bukankah dia yeoja aneh itu? Yeoja yang tadi pergi menggunakan taksi?

Ryeowook POV end

To be continue.. >,<

 

Akhirnya FF ini bisa publish juga. Bagi yang sudah menunggu kelanjutan dari FF ini mian ne jika aku lama nyeleseinnya,, #sapa juga yang nunggu #plaaakkk

Untuk itu hari ini aku publish 2 FF sekaligus sebagai permintaan maaf..

Semoga kalian semua senang, ^^

11 Komentar

Filed under Chapter, Family, Fanfiction, Romance

11 responses to “Unexpected Destiny (Confidence/신뢰) Part 2

  1. Akhirnya chapter 2-nya muncul.^^
    Awalnya, Wook yang hilang. Eh, Hyesun juga ikut2an hilang pas Wookie udah muncul. Pasangan ‘hilang'(?) ini sih… hehehe ^^v
    Oh, ya, eonni. Tadi aku menemukan sesuatu yang janggal(?).

    “Shireo, bukankah tadi kalian bilang aku atau Hyesun? Dia saja yang dijodohkan. Kalau menurut umur kan dia lebih tua dibanding aku. Imo, Hyesun saja ya? <–Jaein's dialog
    “Eonni, ayo bangun. Apa kau tidak jadi ikut, eoh?” tanyaku yang membuat Jae In Eonni menatapku bingung.<–Hyesun's dialog.

    Aku bingung, eon. Jaein kan bilang kalo Hyesun lebih tua dari dia. Tapi, kenapa Hyesun memanggil Jaein dengan sebutan 'eonni'? Di chapter 1 kalo gak salah, emang Jaein yang lebih tua, kan, eon? -_-a
    Maafkan atas kesotoy-anku ini, eon.

    Lanjut!
    Keep writing ^^9

  2. oh, jadi Hyesun dan Ryeowook oppa dijodohkan, aiggo
    bahagia sekali dirimu eonni ^^

Tinggalkan komentar